Potret Kasus dan Bui
Oleh : Dela Maifitri
Kucium tiap sudut ruang hidup,
Ada bau busuk menyengat dari senyuman
penghuninya..
Siapa yang tau, wajah tampan atau pesolek adalah
topeng?
Dan gombalan adalah investor besar bagi saku
mereka..
Palu hakim tiga tahun setelah bongkar
kebusukanpun dipukul..
Gelegarnya menyeruak hingga merauke..
Dua tahun saja untuk pembayaran pembunuhan
beribu rakyat jelata,
Perlakuan istimewa dalam bui, hingga tamu tengah
malam untuk mengusir sepi..
Sesamamu harus saling terpojok, banyak pembela
alih profesi jadi sutradara..
Undangan debat kini jadi rupiah… hanya masalah
alokasi waktu..
Berkokoklah paling keras, agar semua tepuk
tangan mendengarmu..
Mereka hanya awam yang menerka kebenaran dari
suaramu..
Potret suram, waktu sembunyi dalam desakan yang
lalai..
Tetap bicara lagi tentang kesalahan yang
dibenarkan, “Tanya kenapa?”
Jawabnya mungkin lima tahun lagi, untuk pukul
palu selanjutnya ,
Keputusannya menghuni bui berfasilitas dalam
jangka satu tahun setengah bulan..
Sementara… Sabang sampai Merauke menangis, siapa
pembela mereka??
Apa ada yang mau jadi pembela gratis, berkokok
tanpa uang rokok?
Hei bung… ini bukan zaman sebelum kemerdekaan,
Pejuang mati sia-sia tanpa balas jasa untuk berharap
banyak pada generasi penerus bangsa yang rakus..