Minggu, 28 April 2013

Potret Kasus dan Bui

Potret Kasus dan Bui

Oleh    : Dela Maifitri
Kucium tiap sudut ruang hidup,
Ada bau busuk menyengat dari senyuman penghuninya..
Siapa yang tau, wajah tampan atau pesolek adalah topeng?
Dan gombalan adalah investor besar bagi saku mereka..

Palu hakim tiga tahun setelah bongkar kebusukanpun dipukul..
Gelegarnya menyeruak hingga merauke..
Dua tahun saja untuk pembayaran pembunuhan beribu rakyat jelata,
Perlakuan istimewa dalam bui, hingga tamu tengah malam untuk mengusir sepi..

Sesamamu harus saling terpojok, banyak pembela alih profesi jadi sutradara..
Undangan debat kini jadi rupiah… hanya masalah alokasi waktu..
Berkokoklah paling keras, agar semua tepuk tangan mendengarmu..
Mereka hanya awam yang menerka kebenaran dari suaramu..

Potret suram, waktu sembunyi dalam desakan yang lalai..
Tetap bicara lagi tentang kesalahan yang dibenarkan, “Tanya kenapa?”
Jawabnya mungkin lima tahun lagi, untuk pukul palu selanjutnya      ,
Keputusannya menghuni bui berfasilitas dalam jangka satu tahun setengah bulan..

Sementara… Sabang sampai Merauke menangis, siapa pembela mereka??
Apa ada yang mau jadi pembela gratis, berkokok tanpa uang rokok?
Hei bung… ini bukan zaman sebelum kemerdekaan,
Pejuang mati sia-sia tanpa balas jasa untuk berharap banyak pada generasi penerus bangsa yang rakus..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar