Senin, 10 Februari 2014

Artikel

Manajemen PR dalam Menangani Krisis versi 2



MAKALAH MANAJEMEN KRISIS DAN PERANAN PR DALAM PENYELESAIANNYA
KASUS : PT. HANJAYA MANDALA SAMPOERNA DAN PT. SINAR SOSTRO
TUGAS AKHIR SEMESTER 5
(PUBLIC RELATIONS)



PADANG STATE OF POLYTECHNIC.jpeg








Oleh

DelaMaifitri (1101063031)
III A MANDIRI

DosenPengajar :
Sarmiadi

JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS
POLITEKNIK NEGERI PADANG
2014







BAB 1
PENDAHULUAN

1.1         Latar belakang
Kepercayaan dan citra yang baik dimata masyarakat merupakan salah satu yang terpenting bagi eksistensi sebuah perusahaan. “Pada era persaingan sekarang ini, bukan publik yang membutuhkan perusahaan, tetapi perusahaan yang butuh public”. Ardianto (2004). Apabila di mata masyarakat kepercayaan dan citra perusahaan rusak, maka perusahaan tersebut akan mengalami berbagai hal buruk dan bersiap-siap untuk menghadapi krisis. Bahkan terkadang perusahaan yang menggunakan jalur hukum sebagai penyelesaian, justru akan berdampak negative dengan menyebarnya rumor berkepanjangan, yang akhirnya menyebabkan turunnya tingkat kepercayaan dan rusaknya citra di mata masyarakat.
Krisis adalah masa gawat atau saat genting, dimana situasi tersebut dapat berdampak baik ataupun sebaliknya. Artinya sisi baik atau buruknya sebuah krisis, tergantung terhadap cara menangani krisis. Apabila krisis ditangangani dengan baik dan tepat waktu, momen mengarah pada situasi membaik, dan sebaliknya apabila tidak segera ditangani, krisis mengarah kepada situasi memburuk, bahkan dapat berakibat fatal.




Biasanya krisis timbul apabila kesejahteraan terganggu, telah terjadi pergeseran kecenderungan perhatian masyarakat dari masalah politik kearah ekonomi  (kesejahteraan) dan perbaikan kualitas hidup. Masalah-masalah yang mengganggu kesejahteraan akan menjadi masalah yang sangat sensitif yang akhirnya timbul ke permukaan menjadi krisis. Apabila terjadi suatu krisis kita harus siap menghadapi Resiko yang timbul akibat dari krisis, seperti Intensitas masalah jadi meningkat, Dibawah sorotan publik, Dibawah tekanan pemerintah dan pers, Operasional normal manajemen menjadi terganggu, Nama baik, produk dan citra manajemen terancam.
Sehubungan dengan masalah tersebut, orang yang mempunyai peranan penting untuk mengembalikan citra perusahaan adalah seorang Public Relations (PR) atau Humas. Ruslan (2006) mengungkapkan “Seorang PR tidak hanya harus mempunyai technical skill dan managerial skill dalam keadaan normal, tapi PR juga harus memiliki kemampuan dalam mengantisipasi, menghadapi atau menangani suatu krisis kepercayaan (crisis of trust) dan penurunan citra (lost of image) yang terjadi”. Selanjutnya merupakan tantangan berat adalah pemulihan citra positif (recovery of image) masyarakat terhadap kepercayaan perusahaan.
Dapat dikatakan hampir semua organisasi pernah mengalami krisis, sehingga hal ini menyebabkan munculnya kesadaran dalam sebuah organisasi terutama oleh pimpinannya tentang kesiapan menghadapi krisis, apalagi jika itu berkaitan dengan media relations atau hubungan dengan pers. Kesadaran ini, dapat menimbulkan peluang positif bagi para praktisi public relations di dalam sebuah organisasi ataupun perusahaan. Menurut H.Fanyol salah satu sasaran kegiatan public relations adalah menghadapi krisis (facing of crisis). Menangani keluhan (complaint) dan menghadapi krisis dan public relations recovery of image yang bertugas memperbaiki lost of image and_damage.
Krisis ini juga di alami oleh dua perusahaan terkemuka yakni PT. Sampoerna dan PT. Sinar Sostro dengan kasus yang berbeda. Pada PT. Sampoerna yang mendunia dengan produksi rokok mengalami krisis berupa tuntutan yang dilakukan oleh karyawan sehubungan dengan ketidaksesuaian upah yang dianggap tidak memenuhi standar upah minimum (UMR) padahal, jika dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh dari penjualan rokok upah karyawan dianggap dalam rentang yang sangat rendah. Selain itu, terjadi ketidak adilan dalam kompensasi terhadap karyawan baru yang diberikan oleh PT. Sampoerna. Hal ini menimbulkan kesenjangan dalam organisasi yang memicu terjadinya mogok kerja selama empat hari dan melumpuhkan aktifitas produksi yang mengakibatkan penurunan produksi secara drastis. Setelah itu, krisis berlanjut dengan keluarnya peraturan pemerintahan yang menekan perusahaan bidang produksi rokok berhubungan dengan kepedulian terhadap kesehatan.
Kasus lain dihadapi oleh PT. Sinar Sostro, menyangkut pemberitaan miring yang menghilangkan kepercayaan konsumen dalam mengkonsumsi teh botol ini. Secara otomatis, PT. Sinar Sostro mengalami krisis di bidang penjualan yang merosot tajam. Kasus pemberitaan bohong melalui media internet (hoax) ini pada akhirnya bergulir ke ranah hukum. Saat itu, PT. Sinar Sostro mengalami krisis kepercayaan yang mengganggu segenap aktifitas jual beli perusahaan. Hal remeh yang ternyata berdampak besar bagi pencitraan perusahaan ini tidak terlepas dari pandangan publik dan menjadi berita paling banyak dicari di mesin pencari internet (search engine)


Publik Relations (PR) adalah alat yang digunakan sebagai teknik komunikasi yang dilakukan sebuah organisasi ataupun perusahaan untuk melaksanakan berbagai kegiatan, menjalin hubungan, dan komunikasi guna menggencarkan pemberitaan yang baik di mata masyarakat. Public  relations merupakan aktifitas berkelanjutan, dimana manajemen berusaha untuk memperoleh itikad baik dan pengertian dari komunitasnya, para pegawainya, sebagai kelanjutan proses penetapan kebijakan pihak manajemen untuk memberikan masukan dan saran perbaikan guna mempertahankan citra. Keberhasilan public relations akan membawa nama baik perusahaan di mata masyarakat, dan sebaliknya.

1.2     Perumusan Masalah
            Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan sebelumnya, maka Penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi PT. Sampoerna dan PT. Sinar Sostro dalam menangani krisis citra yang dialaminya agar dapat diperbandingkan.

1.3     Tujuan dan Manfaat Penelitian
                Merajuk pada permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan tujuan dari penelitian ini, yakni untuk mengetahui strategi PT. Sampoerna dan PT. Sinar Sostro dalam menangani krisis citra yang dialaminya, kemudian dapat mengetahui perbandingan antara keduanya.



            Sedangkan manfaat penelitian sendiri adalah untuk menambah pengetahuan mengenai aplikasi strategi manajemen krisis sembari menerapkan teori-teori yang telah dipelajari sebelumnya ke dalam praktek nyata atas kasus yang ada di perusahaan.






BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1   Pengertian Public Relation (PR)
Public relations, merupakan manajemen yang menjalankan fungsi aktif dengan melakukan berbagai upaya memantau kejadian, issue-issue, serta trends yang timbul dan menganggu aspek-aspek penting di perusahaan. Upaya pemantauan ini dilakukan secara berkelanjutan oleh Public Relations melalui hubungan informal, dan lain-lain, akan memberikan solusi yang baik pada perusahaan ketika krisis terjadi dan tindak lanjut.
Cutlip, Center dan Broom (2006) dalam bukunya Effective Public Relations mendefinisikan public relation sebagai fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik, mengidentifikasi kebijakan dan prosedur individual dan organisasi yang mempunyai kepentingan publik, serta merencanakan dan melaksanakan program aksi dalam rangka mendapatkan pemahaman dan penerimaan publik.
Edward L. Bernays mengatakan :“Public relations has three meanings : (1) information given to the public ; (2) Persuasion directed to the public to modify attitudes and actions of an institution ; (3 )efforts to integrate attitudes and actions of an institution (public relations mepunyai tiga arti, yaitu (1) penerangan kepada masyarakat (2) persuasi untuk mengubah sikap dan tingkah laku masyarakat (3) usaha untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan dengan sikap perbuatan masyarakat dan sebaliknya.


Dapat diasumsikan bahwa beberapa definisi Public Relation adalah:
1.      Public relations merupakan suatu kegiatan yang bertujuan memperoleh nama baik, kepercayaan, saling pengertian, dan citra positif dari public.
2.      Public relationsmerupakan berbagai upaya dalam menciptakan hubungan harmonis suatu badan/organisasi dengan masyarakat melalui proses komunikasi timbal balik atau dua arah. Hubungan harmonis ini timbul dengan memperoleh pengertian, situasi pertahanan, serta pandangan yang baik.
Melengkapi pengertian dan pemahaman tentang apa dan bagaimana public relations,
Ruslan (2005) menarik kesimpulan beberapa ahli dan pakar sebagai berikut :
a. Public relations merupakan suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang lebih baik yang dapat memperdalam kepercayaan publik secara lebih baik atau pemberdayaan lebih tinggi terhadap suatu lembaga atau organisasi.
b. Public relations adalah suatu proses yang kontinu dari usaha manajemen untuk memperoleh goodwill dan pengertian dari pelanggan, konsumen, publik pada umumnya, termaksud para staf pengawainya. Ke dalam mengadakan perbaikan dan pembenahan melalui corporate culture building (membangun budaya perusahaan) berbentuk disiplin, memotivasi, meningkatkan pelayanan, dan produktivitas kerja yang diharapkan terciptanya sense of belonging terhadap perusahaannya. Sedangkan keluar, berupaya menciptakan kepercayaan dan citra perusahaan (corporate imange) yang sekaligus memayungi serta mempertahankan citra produknya (product and brand image).

Praktik Publik Relations adalah seni dan ilmu pengetahuan sosial yang dapat dipergunakan untuk menganalisis kecenderungan, memprediksi konsekuensi-konsekuensinya, menasehati para pemimpin organisasi dan melaksanakan program yang terencana mengenai kegiatan-kegiatan yang melayani, baik untuk kepentingan organisasi maupun kepentingan publik atau umum (Ruslan: 2006).
Dari penjabaran tersebut dapat dianalisa lebih lanjut mengenai pentingnya peranan PR dalam suatu manajemen. PR bisa dinilai sebagai sesatu yang melekat dalam pelaksanaan kebijakan perusahaan dalam menghadapi sebuah keadaan. PR sejatinya menyelenggarakan komunikasi dua arah secara timbal balik antara manajemen yang diwakilinya terhadap publiknya. Peranan ini turut menentukan sukses atau tidaknya visi dan tujuan bersama dari manajemen. Peranan umum PR dalam manajemen dapat diukur dengan adanya beberapa aktifitas pokok kehumasannya, seperti mengidentifikasi kebijakan & prosedur manajemen dengan publiknya, mengevaluasi sikap atau opini publik, serta merencanakan & melaksanakan penggiatan aktifitas PR. Sejauh mana kegiatan ini berjalan, akan menunjukkan tingkatan kepentingan manajeman PR dalam sebuah organisasi ata perusahaan yang bersangkutan.
Selain itu menurut Dozier & Broom (1995) Peranan PR dalam suatu organisasi dapat dibagi menjadi empat kategori, antara lain :
1.      Penasehat Ahli (Expert presciber). Seorang praktisi pakar public relation yang berpengalaman, memiliki kemampuan tinggi,  serta dapat membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya (public relationship).
2.      Fasilitator Komunikasi (Communication fasilitation). Dalam hal ini praktisi PR bertindak sebagai mediator dalam melaksanakan fungsi komunikator untuk membantu perusahaan dalam keinginan dan harapan publik. Namun, dipihak lain PR juga dituntut mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak public untuk mengambil kebijakan yang sama-sama menguntungkan. Harapan dengan adanya komunikasi timbal balik tersebut adalah terciptanya saling pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak.
3.      Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem solving process fasilitation). Dalam hal ini PR berperan membantu proses pemecahan persoalan public relations sebuah perusahaan atau organisasi bekerjasama dengan tim manajemen perusahaan. Sehingga dapat membantu pimpinan organisasi baik sebagai sekedar penasihat hingga sebagai pengambil tindakan keputusan dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi tanpa mengesampingkan kebutuhan perusahaan maupun publik. Keputusan tersebut haruslah keputusan yang rasional dan menganut sistem professional.
4.      Teknisi Komunikasi (Communication technician). Diantara tiga peranan sebelumnya, disini PR menjalankan berbagai upaya untuk melakukan komunikasi baik dalam memperoleh goodwiil. Artinya PR hanya memiliki Peranan sebatas teknisi komunikasi. Hal ini hanya membatasi PR sebagai journalist in resident untuk sekedar menyediakan layanan teknis komunikasi.

2.2            Produk-Produk Public Relations (PR)
Produk-Produk Public Relation (PR) adalah proses atau langkah yang dilakukan oleh manajemen PR sebagai alternatif dalam penyelesaian permasalahan atau krisis yang terjadi dalam perusahaan. Dalam artian lain dapat disebut sebagai strategi public relations atau yang lebih dikenal dengan bauran public realtions.  Adalah sebagai berikut (Ruslan : 2002) :
1.      Publications
Setiap fungsi dan tugas public relations adalah menyelenggarakan publikasi atau menyebarluaskan informasi melalui berbagai media tentang aktivitas atau kegiatan perusahaan atau organisasi yang pantas untuk diketahui oleh publik. Dalam hal ini tugas public relations adalah menciptakan berita untuk mencarai publisitas melalui kerjasama dengan pihak pers dengan tujuan menguntungkan citra lembaga atau organisasi yang diwakilinya.
2.      Event
Merancang sebuah event yang bertujuan untuk memperkenalkan produk dan layanan perusahaan, mendekatkan diri ke publik dan lebih jaun lagi dapat mempengaruhi opini public.
3.      News (menciptakan berita)
Berupaya menciptakan berita melalui pers release, news letter,bulletin dan lain-lain. Untuk itulah seorang public relations harus mempunyai kemampuan menulis untuk menciptakan publisitas.
4.      Communy involvement (kepedulian pada komunitas)
Keterlibatan tugas sehari-hari public relations adalah mengadakan kontak sosial dengan kelompok masyarakat tertentu guna menjaga hubungan baik dengan pihak organisasi atau lembaga yang diwakilinya.
5.      Inform or image (memberitahukan atau meraih citra)
Ada dua fungsi utama dari public relations yaitu memberikan informasi kepada public atau menarik perhatian, sehingga diharapkan dapat memperoleh tanggapan berupa citra positif.
6.      Lobbying and negotiation
Keterampilan untuk melobi melalui pendekatan pribadi dan kemampuan bernegosiasi sangat diperlukan bagi seorang public relations. Tujuan lobi adalah untuk mencapai kesepakatan atau perolehan dukungan dari individu dan lembaga yang berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis perusahaan. Soial responsibility (tanggung jawab sosial) Memiliki tanggung jawab social dalam aktivitas public relations menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kepedulian terhadap masyarakat. Hal ini akan meningkatkan citra perusahaan di mata public, dan sudah seharusnya dilakukan.

2.3            Manajemen Krisis
Kata krisis berasal dari bahasa Yunani krisis, yang berarti “keputusan”. Ketika krisis terjadi, perusahaan harus memutuskan apa yang harus dilakukan. Bergerak ke kiri, atau bergeser ke kanan, ke bawah atau ke atas, bertarung atau melarikan diri. Sedangkan dalam bahasa Cina, krisis diucapkan dengan wei-ji dan mempunyai dua arti, yaitu “bahaya” dan “peluang”.
Barton, (1993:2) Sebuah krisis adalah peristiwa besar yang tidak terduga yang secara potensial berdampak negative terhadap organisasi dan publiknya. Peristiwa ini mungkin secara cukup berarti merusak organisasi, karyawan, produk dan jasa yang dihasilkan organisasi, kondisi keuangan dan reputasi perusahaan.

a.      Faktor-faktor Penyebab Krisis
Krisis tidak bisa diprediksi datangnya. Hanya saja, krisis dapat diawali dengan gejala-gejala dimana terciptanya kondisi tidak biasa dalam sebuah perusahaan yang akhirnya berlanjut. Maka dari itu, sebagai kesiapan dalam menghadapinya organisasi atau perusahaan dapat membuat perencanaan. Menurut Firsan Nova dalam bukunya yang berjudul Bagaimana PR Menangani Krisis Perusahaan, krisis terjadi karena disebabkan oleh hal-hal di bawah ini :

1.      Krisis karena bencana alam
Tipe paling relevan dari krisis adalah disebabkan oleh bencana alam. Bencana alam seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, dan kebakaran dapat terjadi di lingkungan tanpa diduga sebelumnya, sehingga banyak ketidaksiapan dalam menghadapi hal ini. Contohnya adalah pada peristiwa bencana alam Tsunami di Aceh dan gempa bumi hebat di berbagai daerah salah satunya adalah Yogyakarta.
2.      Krisis karena kecelakaan industri
Kecelakaan industry dapat dialami perusahaan dengan karyawan atau konsumen menjadi korban, sehingga baik pihak karyawan maupun perusahaan sama-sama mengalami kerugian. Berbagai krisis dalam kecelakaan industri, misalnya mesin yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, kebakaran, hingga kecelakaan kerja. Jika krisis ini terjadi maka perusahaan harus memberikan perhatian secara penuh terhadap pihak yang dirugikan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Kecelakaan industri yang dapat menyebabkan kematian biasanya menjadi sasaran hangat bagi media. Salah satu contoh kasusnya semburan lumpur lapindo yang mengakibatkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal, dan kasus kemacetan wahana di Ancol.
3.      Krisis karena produk yang kurang sempurna
Dalam bisnis perusahaan menghasilkan produk yang terdiri dari barang (goods) dan jasa (service). Barang dan jasa juga memiliki potensi mengalami krisis. Hal ini mungkin saja terjadi karena produk yang dihasilkan cacat (defect) atau kurang sempurna, walaupun sebelumnya perusahaan telah melakukan riset dan teknik pengembangan produk. Hal ini menyebabkan kurangnya minat konsumen, dan merugikan secara financial bagi perusahaan. Salah satu contoh kasus krisis karena produk yang kurang sempurna adalah konsumen nilai Honda Vario gagal pada tahun 2007.
4.      Krisis karena persepsi public
Krisis karena persepsi public dapat terjadi apabila krisis awal yang dialami sebuah perusahaan atau organisasi berlanjut serta menyebar dimasyarakat sebagai suatu yang berulang. Perusahaan yang mengalaminya menjumpai krisis lain yang mungkin disebabkan krisis yang terjadi sebelumnya tidak teratasi dengan baik. Sehingga menyebabkan potensi kerugian menjadi berlipat ganda, baik dari segi keuangan maupun moral karyawan karena citra perusahaan yang terus memburuk. Krisis karena persepsi publik biasanya disebabkan kerena perusahaan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma yang ada di masyarakat atau yang bertentangan dengan keinginan dan kepentingan publik. Contoh kasus krisis karena persepsi publik adalah kinerja PLN jeblok di mata konsumen hingga saat ini.

5.      Krisis karena hubungan kerja yang buruk
Hubungan kerja yang buruk antara pekerja dan perusahaan dapat menjurus pada krisis besar. Krisis ini dapat mengarah pada kondisi tidak terkendali yang serius dalam operasional perusahaan. Kekuatan pekerja dapat memaksa industri untuk tutup sehingga perusahaan terpaksa bertindak agresif. Agar hal ini tidak terjadi, dari awal perusahaan dapat membina hubungan baik dengan pekerja agar tidak sampai pada level saling merusak. Salah satu contoh krisis karena hubungan kerja yang buruk adalah pada saat karyawan Sampoerna demo, Raya Rungkut industry lumpuh pada pada tahun 2008.
6.      Krisis karena kesalahan strategi bisnis
Penyebab utama dari krisis akibat kesalahan strategi bisnis adalah perencanaan atau implementasi strategi bisnis yang keliru atau tidak tepat, yang awalnya diambil sebagai kebijakan oleh manajemen. Krisis jenis ini biasanya disadari setelah kebijakan yang dijalankan menghasilkan sesuatu yang bertolak belakang atau tidak sesuai dengan harapan sebelumnya. Hal ini terjadi karena pergeseran pasar mendadak yang tidak diantisipasi oleh manajemen, kegagalan untuk menyesuaikan dengan kebijakan pasar; krisis global yang secara tidak langsung berimbas pada bisnis perusahaan. Walaupun tidak dapat diprediksi sebelumnya, manajemen harus bertanggung jawab atas krisis tersebut. Salah satu contoh kasus krisis karena kesalahan strategi bisnis adalah kasus perusahaan Enron yang kolaps dan harus menanggung kerugian tidak kurang dari $50 miliar pada tahun 2002.

7.      Krisis karena terkait masalah kriminal
Krisis ini melibatkan hukum sebagai hal yang sensitive di dalamnya, krisis terkait masalah kriminal belakangan sering terjadi. Krisis jenis ini merupakan ancaman besar untuk beberapa industri, seperti pariwisata, perbankan dan penerbangan, Contoh krisis ini antara lain terorisme, korupsi, pembajakan, kekerasan, perjudian, pemalsuan dan pencurian. Contoh nyatanya adalah pada kasus Bank Century. Krisis ini membutuhkan respon yang tepat karena menjadi magnet media.
8.      Krisis karena pergantian manajemen
Pergantian manajemen dapat menyebebkan perubahan yang signifikan dalam sebuah organisasi. Perubahan yang dihadapi dapat bervariasi mulai dari gaya kepemimpinan, hingga perubahan terhadap peraturan perusahaan. Kadang-kadang perubahan dalam organisasi dianggap sebagai suatu krisis, karena pihak-pihak dalam perusahaan tidak dapat menerima dengan cepat atau secara langsung perubahan yang terjadi. Beberapa perusahaan menempatkan manajer mereka sebagai sosok penting tidak tergantikan sehingga kepergiannya dianggap menimbulkan krisis. Perusahaan perlu menyiapkan rencana pergantian pimpinan secara matang dari jauh hari dan pemimpin baru perlu melakukan pendekatan terlebih dahulu, sehingga krisis semacam itu tidak perlu terjadi. Berikut contoh krisis karena pergantian manajemen, pada saat Menhub mengususlkan pergantian manajemen PT KAI pada tahun 2005.

9.      Krisis karena persaingan bisnis
Ketatnya persaingan bisnis membuat perusahan melakukan berbagai upaya dalam pencetusan gagasan menghadapi persaingan. Beberapa perusahaan yang memonopoli pasar dapat mengontrol pasar dan menyerang. Hal ini menyebabkan perusahaan pesaing rugi dan harus mengeluarkan banyak uang untuk bangkit dan membangun kembali nama dan reputasi mereka. Contoh kasus krisis karena persaingan bisnis adalah salah satunya Micrososft tersandung kasus monopoli di tahun 2008.
10.  Krisis keuangan
Krisis keuangan adalah krisis yang terjadi karena perusahaan mempunyai masalah cash flow atau likuidasi jangka pendek dan kemungkinan pailit di masa yang akan datang. Krisis keuangan yang terjadi di Amerika sepanjang tahun 2008 membuat banyak perusahaan bangkrut. Sebut saja Lehman Brothers, AIG, Fanni Mae dan lain-lain
11.  Krisis public relations
Krisis public relations sering disebut krisis komunikasi, terjadi karena disebabkan pemberitaan negative yang kemudian berimbas buruk pada bisnis perusahaan. Pemberitaan media atau isu yang beredar bisa jadi benar atau mungkin saja tidak, tetapi berpotensi mempengaruhi citra seseorang atau perusahaan. Salah satu tugas public relations adalah mengklarifikasi pemberitaan di media yang tidak seimbang atau yang memojokkan perusahaan. Salah satu contoh kasus krisis public relations adalah ketika Uni Eropa meneruskan larangan terbang maskapai Indonesia pada tahun 2008.
  
12.  Krisis strategi
Krisis strategi adalah perubahan dalam lingkungan bisnis yang menyebabkan kelangsungan hidup perusahaan menjadi terganggu. Perusahaansebaiknya memiliki rencana dalam menghadapi krisis dan menghindari keputusan yang justru akan membuat perusahaan terperosok jauh dalam krisis. Mereka harus tahu scenario terburuk yang akan terjadi dan mempunyai contingency plan dalam menghadapinya.

Krisis juga dianggap sebagai “turning point in history life, yaitu suatu titik balik dalam
kehidupan yang dampaknya memberikan pengaruh signifikan, kearah negative maupun positif,
tergantung reaksi yang diperlihatkan oleh individu, kelompok masyarakat, atau suatu bangsa.
Jika dipandang dari kaca mata bisnis, suatu krisis akan menimbulkan hal-hal berikut :
ü        1. Intensitas permasalahan akan bertambah.
ü         2. Masalah akan menjadi sorotan public baik melalui media masa, atau informasi dari mulut ke mulut.
ü        3. Masalah akan menganggu kelancaran bisnis sehari-hari.
ü         4.  Masalah menganggu nama baik perusahaan.
ü        5. Masalah dapat merusak sistem kerja dan mengguncang perusahaan secara keseluruhan.
ü        6. Masalah yang dihadapi selain membuat perusahaan menjadi panic, tidak jarang juga
membuat masyarakt menjadi panik.
ü  Masalah akan membuat pemerintah ikut melakukan interversi.

2.4       Strategi Menghadapi Manajemen Krisis
Strategi yang digunakan praktisi Public Relations dalam merespon krisis menunjukkan bagaimana sikap yang diambil oleh organisasi pada saat krisis sedang berlangsung, sehingga posisi Public Relations dalam manajemen krisis bisa diibaratkan sebagai ujung tombak. Agar fungsi strategis ini dapat dijalankan dengan baik, posisi bidang Public Relations harus langsung dibawah pimpinan puncak ketika menghadapi krisis. Menurut Cultip & Center, dalam bukunya Effective Public Speaking mengatakan bahwa idealnya bagian Humas dimasukkan dalam staf inti, langsung berada dibawah pimpinan (decision making) atau top managers, agar lebih mampu dalam menjalankan tugasnya. Dengan posisi tersebut Praktisi PR/Humas dapat mengetahui secara langsung latar belakang dari suatu keputusan yang diambil oleh pimpinan lembaga, sehingga langsung mendapat bahan informasi untuk disampaikan kepada public yang bersangkutan. Dengan demikian insan public relations mempunyai kewenangan yang memungkinkan fungsi tersebut dapat dijalankan secara efektif. Dalam kaitannya dengan penanganan krisis, public relations memiliki tanggung jawab besar, mengingat dampak negatif dan kerugian besar, bahkan citra organisasi atau perusahaan akan terancam dengan adanya krisis. Praktisi Public Relations sebagai yang ikut berkepentingan menangani krisis, dapat menggunakan strategi 3P, sebagai berikut : (Ruslan, 1994 : 104-106)
a.      Strategi pencegahan
Adalah tindakan preventif melalui antisipasi terhadap situasi krisis. Dalam hal ini Public Relations dituntut memiliki kepekaan terhadap gejala-gejala yang timbul diawal sebelum krisis terjadi, dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir strategis dalam menganalisa dan sekaligus memposisikan masalah krisis agar nantinya dapat dicegah secara dini.
b.      Strategi persiapan
Bila krisis tidak dapat dicegah sejak dini, maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
·         Membentuk tim krisis harus selalu mengadakan komunikasi agar suasana krisis dapat terpantau
·         Tim krisis harus dapat informasi yang jelas dan akurat tentang perkembangan krisis, sehingga informasi yang diberikan kepada pers tidak menyimpang dengan situasi yang sebenarnya.
c.       Strategi penanggulangan
Yaitu apabila strategi pencegahan dan persiapan tidak sempat dilaksanakan, langkah terakhir yang diambil strategi penaggulangan yaitu masa kuratif. Dalam strategi penanggulangan terdapat langkah-langkah yang harus diambil sesuai dengan situasi dan kondisi. Penanggulangan krisis harus segera diatasi, sebab hal tersebut dilakukan agar krisis tidak menyebar dan berkembang ke sektor lain. Selain itu agar operasional organisasi tidak terganggu dan berjalan efektif. Dengan mengevaluasi krisis yang terjadi bertujuan untuk melihat sejauh mana perkembangan krisis di masyarakat, serta untuk mengetahui dimana kelemahan dan kelebihan dalam pelaksanaan program manajemen krisis. Soemirat dan Ardianto menawarkan strategi penganggulangan krisis sebagai tindakan kuratif. Tindakan ini dilakukan jika krisis telah benar-benar terjadi dan tidak sempat atau dapat mencegahnya. Strategi penaggulangan tersebut mencakup dua hal :
1.      Kondisi Krisis Akut
Penanggulangan yang dilakukan dalam kondisi ini meliputi:
·         Identifikasi krisis
Ini merupakan langkah awal dan pertama yang harus dilakukan oleh suatu lembaga untuk menentukan jenis krisis, bentuk krisis dan penyebab krisis. Sebab hal ini akan menentukan scenario yang akan diambil.
·         Isolasi krisis
Langkah ini dilakukan selain agar krisis tidak menyebar ke sector lain juga agar kegiatan operasional tidak terganggu dan efektifitas penanggulangan dapat ditingkatkan serta kosentrasi Public relations tidak terpecah.
·         Pengendalian Krisis
Pengendalian sangat berkaitan erat dengan identifikasi krisis. Umumnya setelah krisis berhasil diidentifikasi penanggulangan dapat dilaksanakan yang berarti krisis berhasil dikendalikan.


2.      Kondisi Kesembuhan
Kondisi ini merupakan saat dimana suatu lembaga mengintropeksi dan melakukan evaluasi mengapa krisis bisa terjadi. Ketika dinyatakan sembuh dari krisis dan bisa beroperasi kembali seperti sediakala, maka untuk mengembalikan nama baik dan citra akan menjadi tugas public relations.
Disamping itu masih ada tugas yang penting bagi manajemen (melalui public relationsnya) yaitu mengevaluasi setiap langkah yang diambil dalam melaksanakan program manajemen krisis. Evalusi ini dilakukan untuk mengetahui dimana kelemahan dan kelebihan dalam melaksanakan program manajemen krisis. Sebelum mengambil langkah-langkah komunikasi untuk menanggulangi krisis, penetapan strategi generik perlu dilakukan, antara lain: (Kasali, 1994 : 232)
a.       Defesive Strategy (startegi defensif), langkah yang diambil meliputi :
1.      Mengulur waktu
2.      Tidak melakukan apa-apa (not in action / low profile)
3.      Membentengi diri dengan kuat (stone walling).
b.      Adaptive Strategy (strategi adaptif), langkah-langkah yang diambil mencakup hal-hal sebagai berikut :
1.      Mengubah kebijakan
2.      Modifikasi operasional
3.      Kompromi
4.      Meluruskan citra.
c.       Dynamic Strategy (strategi dinamis), strategi ini bersifat makro dan dapat mengakibatkan berubahnya karakter perusahaan atau organisasi, meliputi :
1.      Merger dan akuisis
2.      Investasi baru
3.      Menjual saham
4.      Meluncurkan produk baru atau menarik peredaran produk lama
5.      Menggandeng kekuasaan
6.      Melemparkan isu baru untuk mengalihkan perhatian.
Pada saat krisis berlangsung, bagaimana praktisi Public Relations bisa menyiapkan segala hal untuk menanggulangi krisis agar tidak terjadi hal-hal yang nantinya akan berakibat fatal bagi perusahaan atau organisasi. Fungsi dan tugas Public Relations secara konseptual dan metodologis adalah mengacu dan berupaya untuk membangun, membina hubungan yang harmonis melalui sistem saluran komunikasi dua arah dan melancarkan publikasi antar organisasi dengan publik (khalayak sasaran) atau sebaliknya publik dengan perusahaan atau organisasi, agar tercapai opini dan persepsi yang positif untuk memperoleh citra perusahaan atau organisasi yang baik serta mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sementara Putra mengemukakan adanya dua tindakan khas yang menjadi tuntutan dalam mengangani krisis. Pertama tindakan yang bercirikan pada keterlibatan langsung oleh manajemen dalam
merespon krisis. Tindakan ini disebut sebagai pendekatan perilaku karena tindakan atau aksi apa yang menjadi tugas manajemen dalam mengelola krisis. Tindakan yang kedua adalah tindakan ini meliputi apa yang harus dikatakan oleh organisasi ketika krisis sedang terjadi. Sebab ketika sebuah lembaga mengalami krisis, biasanya permintaan informasi mengalami peningkatan, dalam menghadapi permintaan informasi oleh berbagai pihak, maka public relations harus segera bertindak yaitu dengan segera, jujur dan tepat disertai penjelasan untuk mengurangi ketidakpastian, kepanikan dan kebingungan yang biasanya muncul diantara krisis. Tindakan komunikasi yang dilakukan harus mendukung tinadakan manajemen yang telah dijalankan oleh organisasi.
Pada dasarnya, strategi merupakan rencana tindakan yang dirancang untuk mencapai tujuan, baik jangka panjang, menengah maupun jangka pendek. Dalam merumuskan strategi diperlukan analisis terhadap lingkungan baik intern maupun jangka pendek yang meliputi : peluang, ancaman, tantangan, kekuatan dan kelemahan perusahaan yang bersangkutan. Sehubungan dengan hal tersebut strategi membutuhkan keputusan pilihan dan pelaksanaan yang tepat dan terarah untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan strategi, rancangan dibuat untuk menjamin agar tujuan dan sasaran dapat dicapai melalui langkah – langkah yang tepat.
Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang berhasil mencapai cita-cita dan tujuannya secara maksimal. Begitu pula dengan kerja praktisi PR yang bertugas menangani krisis kepercayaan dan mengembalikan citra positif perusahaan dimana praktisi PR ini bernaung. Untuk kelancaran jalannya proses pencapaian tujuan tersebut dilakukan cara-cara penyelenggaraan kerja yang seefisien mungkin dengan mengingat faktor tujuan, biaya, fasilitas, waktu, dan tenaga. Dengan kata lain bahwa PR memerlukan metode kerja yang menjadi syarat mutlak untuk mencapai tujuan.



Strategi pekerjaan PR ditekankan pada penelitian terhadap publik. Dari penelitian disusun rencana kerja, kemudian dilaksanakan, lalu dilakukan evaluasi. Secara sistemastis proses pekerjaan PR dalam menangani krisis dan menurunnya citra perusahaan dapat digambarkan sesuai tahapan tadi, yaitu :
1.      Penelitian (Research)
Penelitian mempunyai peranan sangat penting sebagai kegiatan pendukung dalam melaksanakan fungsi PR, baik untuk memperoleh data, fakta lapangan mengenai citra perusahaan, persepsi, pandangan, dan opini public secara akurat serta tanggapan khalayak sebagai target sebagai sasaran mengenai kebikajsanaan, pelayanan, program kerja, aktivitas perusahaan.
Menurut Ann H. Barkelew, Senior Vise President of Fleishman-Hillard’s Office, Amerika menjelaskan bahwa sangat pentingnya peranan penelitian untuk mencapai kesuksesan atau efektivitas dalam pelaksanaan praktik PR (Cutlip, 2000 : 351).
Secara ilmiah kita mengenal beberapa jenis penelitian : survey, case study, activity analysis, content/document analysis, serta penelitian follow up. Semua jenis penelitian tersebut dapat digunakan praktisi PR untuk mencapai tujuannya.
2.      Perencanaan (Planning)
Setelah mendapatkan hasil laporan yang berupa data dan fakta dari penelitian, PR kemudian menyusun rencana kerja. Dalam hal ini rencana kerja disusun tidak berdasarkan pada keinginan yang dipaksakan dan irrasional. Perencanaan yang baik bersifat rasional, flexible, dan berkelanjutan.
Tujuan dari perencanaan PR adalah :
a.       Mengubah citra.
      1. Membentuk citra baru.
      2. Memperkenalkan perusahaan.
      3. Meningkatkan community relatios.
      4. Menentukan partisipasi pemimpin dalam kehidupan masyarakat (public life).
      5. Memberitahukan kegiatan penelitian.
Keberhasilan perencanaan tergantung pada keterampilan dan efisiensi praktisi PR. Salah satu faktor yang bisa dijadikan tolak ukur keberhasilan dari perncanaan tersebut adalah pembentukkan opini, sikap, dan citra.
3.      Pelaksanaan (Action)
Pelaksanaan dilakukan setelah rencana yang matang mendapatkan persetujuan dari semua pihak terkait. Pelaksanaan kerja merupakan kegiatan operasional dalam melakukan apa yang telah direncanakan. Pengembalian kepercayaan dan citra perusahaan dilakukan dengan menggabungkan tenaga kerja, alat-alat, informasi, waktu, tempat, dan uang. Pelaksanaan ini dikatakan sukses apabila tujuan telah tercapai. Dalam hal ini berbagai cara dan teknik digunakan diantaranya yaitu pendekatan terhadap pegawai (internal public) dan pendekatan kepada umum (eksternal public). Untuk mengebalikan kepercayaan publik dan citra perusahaan diutamakan pendekatan kepada umum karena menyangkut pandangan masyarakat secara luas.
Ada beberapa instrument yang dilakukan praktisi PR dalam melaksanakan membentuk citra lembaga dalam perusahaan diantaranya :
• Publisitas, merupakan komunikasi kepada publik melalui media massa atau langsung face to face, dan tidak memerlukan suatu bayaran, baik dari pihak komunikator (PR) maupun dari pihak media massa yang bersangkutan. Dalam membangun citra lembaga instrument ini sering digunakan, terutama jika lembaga tersebut sedang dalam permasalah finasial (deficit).
• Periklanan (Advertising), periklanan merupakan suatu kegiatan yang terkait dengan dua bidang kehidupan manusia sehari-hari, yakni ekonomi dan komunikasi. Dengan iklan citra suatu perusahaan bisa menjadi lebih baik. Iklan hanya menyebutkan sisi positif perusahaan. Iklan yang terus menerus yang ditayangkan dapat mempengaruhi pola perilaku,pandangan, serta kepercayaan masyarakat.
• Demonstrasi adalah sesuatu yang bisa mempercepat pengaruh terhadap khalayak sasaran serta meningkatkan citra yaitu demonstrasi. Dalam hal ini penglihatan, pendengaran, dan pemikiran publik bisa terkonsolidasi seketika sehingga menimbulkan penilaian yang bisa mendorong ke arah tindakan publik yang positif. Terutama pandangan atau image akan lebih baik terlihat oleh khalayak.
• Propaganda, agar publik menerima apa yang disodorkan serta mau menanamkan citra yang positif dan timbul kepercayaan, perusahaan dan petugas PR hendaknya melakukan propaganda. Propaganda merupakan kegiatan persuasif untuk mempengaruhi seseorang, suatu kelompok, atau orang banyak dengan dasar-dasar psikologis agar menerima suatu ide yang pada waktu tertetu belum tentu di terima.
• Pameran , salah satu cara yang menarik untuk menanamkan citra positif pada perusahaan adalah dengan melakukan pameran. Tujuan utama dari pameran adalah mengundang publik untuk mengenal, melihat, dan mengerti akan hal-hal mengenai perusahaan, terutama sekali hasil dari produksinya.
Sales Promotion. Di samping untuk meningkatkan citra perusahaan, promosi dilakukan bertujuan untuk meningkatkan penjualan dengan memberikan rangsangan atau bujukan yang membangkitkan pembelian barang dan jasa.
House Organ ( Penerbitan Majalah Perusahaan/lembaga ). Agar pencitraan yang sudah dicapai tetap bertahan maka diberikanlah informasi kepada pihak khlayak atau pihak eksternal melalui majalah khusus yang diterbitkan oleh perusahaan, dan biasa disebut house organ.
Open House, memperkenalkan citra perusahaan dapat juga dilaksanakan dengan cara mengundang dan menerima tamu untuk keperluan pencitraan tersebut. Tujuan utamanya adalah agar dikenal dan populernya perusahaan dikalangan masyarakat.

4.      Penilaian (Evaluation)
Penilaian ini tahap dimana pemeriksaan terhadap program dan rencana yang dapat dilakukan. Tahap ini berguna untuk mengetahui permasalahan yang harus diperhatikan lebih lanjut.



BAB 3
PEMBAHASAN

3.1     PT. Hanjaya Mandala Sampoerna
A.         Kondisi Awal Perusahaan
PT. Hanjaya Mandala Sampoerna adalah perusahaan rokok terbesar ketiga di Indonesia. Kantor pusatnya berada di Surabaya, Jawa Timur. Perusahaan ini sebelumnya merupakan perusahaan yang dimiliki keluarga Sampoerna, namun sejak Maret 2005 kepemilikan mayoritasnya berpindah tangan ke Philip Morris. Beberapa merek rokok terkenal dari Sampoerna adalah Dji Sam Soe, A Mild. Dji Sam Soe adalah merek lama yang telah bertahan sejak masa awal perusahaan tersebut. Selain itu, perusahaan ini juga juga terkenal karena iklan-iklannya yang kreatif di media massa.
Putera Sampoerna adalah generasi yang membawa PT. Sampoerna melangkah lebih jauh dengan terobosan-terobosan yang dilakukannya, seperti perkenalan rokok bernikotin rendah, A Mild dan perluasan bisnis melalui kepemilikan di perusahaan supermarket Alfa, dan untuk suatu saat, dalam bidang perbankan. Pada tahun 2000, putra Putera, Michael, masuk ke jajaran direksi dan menjabat sebagai CEO.
Pada Maret 2005, perusahaan ini kemudian diakuisisi oleh Philip Morris.

Produk Perusahaan Sampoerna serta organisasi terkait
·         PT. HM Sampoerna – rokok
1.      Dji Sam Soe
2.      A Mild
3.      U Mild
4.      Sampoerna Hijau
5.      Avolution
6.      Kraton Dalem
7.      Panamas
8.      Komet
9.      Sampoerna Pas
10.  A Flava
·         PT Sampoerna Printpack - percetakan kemasan
·         Putera Sampoerna Foundation
               
B.   Indikator Krisis
Pada tahun 2008, setelah kepemilikan Sampoerna diambil alih  melalui cara akuisisi oleh Philip Morrins (2005). Terjadinya pengambilalihan tersebut menyebabkan perubahan terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan produksi maupun peraturan-peraturan dan kebudayaan perusahaan yang telah dianut mencapai 90 tahun lamanya. Hal ini berdampak pada hubungan internal yang ada dalam perusahaan, terutama serikat pekerja yang terlibat langsung dalam kegiatan produksi.
Tepatnya pada bulan Juni, 2008 gejolak internal perusahaan tersebut muncul kepermukaan. Buruh PT. Sampoerna melakukan aksi unjuk rasa di depan Pabrik Sampoerna, Surabaya. Awalnya, para pekerja pada hari pertama mogok kerja berlangsung, melakukan pengrusakan di dalam pabrik hingga menyebabkan kerugian atas alat-alat produksi. Aksi ini berlangsung selama empat hari dan menyebabkan produksi terhenti total. Selain itu, juga terdapat korban dalam aksi pengrusakan, sehingga kasus ini dibawa ke ranah hukum. Hal ini menjadi pemberitaan besar di media-media, dan menimbulkan pandangan negatif dari publik terhadap PT. Sampoerna.



Setelah ditelusuri, mogok massal yang melibatkan kurang lebih 12.000 karyawan dipicu pengurangan produksi dan jam kerja yang dilakukan pihak perusahaan sejak satu bulan terakhir. Sebelumnya karyawati borongan mendapat jatah 9 jam kerja, sejak satu bulan terakhir hanya mendapat jatah 7 jam kerja. Hal ini  berpengaruh terhadap penghasilan karyawati yang turun hingga 30 persen. Jika sebelumnya karyawan menerima gaji sebesar 350 ribu rupiah perminggunya, setelah adanya perubahan mereka hanya mampu menerima gaji sebesar 250 ribu rupiah. Pada saat itu, bertepatan dengan kenaikan bahan makanan dan BBM sehingga para pekerja merasa perusahaan tidak memikirkan kesejahteraan karyawannya. Selain itu karyawan mengeluhkan target dari pimpinan dengan bahan baku tembakau 2,5 kilogram harus mampu memproduksi 1300 batang rokok. Padahal bahan baku sebanyak itu jika dengan kualitas yang sempurna hanya mampu menjadi 1250 batang akibatnya sisa pemenuhan target tersebut dilakukan dengan siasat mengumpulkan tembakau yang tercecer di lantai.
Tidak lama setelah kasus tersebut bergulir, seiring dengan peraturan yang dikeluarkan pemerintah maupun Lembaga Swadaya Maasyarakat (LSM) mengenai ketentuan-ketentuan di bidang yang berkaitan PT. Sampoerna kembali mendapat tekanan-tekanan. Peraturan yang berupa adanya peningkatan pajak, adanya Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang kadar kandungan nikotin dan tar, persyaratan produksi dan penjualan rokok, persyaratan iklan dan promosi rokok, penetapan kawasan tanpa rokok. (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 81 Tahun 1999). Ini menjadi sangat kompleks mengingat bidang usaha yang di geluti oleh PT. Sampoerna adalah perusahaan produksi rokok.

C.   Strategi Keluar Dari Krisis
Dengan permasalahan krisis yang dialami oleh PT. Sampoerna tersebut peran Public Relations dalam penyelesaiannya sangat dibutuhkan. Walaupun pada kasus demo yang dilibatkan adalah karyawan sebagai internal perusahaan, namun pemberitaan yang marak menimbulkan pandangan buruk dari masyarakat terhadap PT. Sampoerna. Apalagi untuk penyelesaian secara internal, PT. Sampoerna mengambil tindakan memecat karyawan yang terlibat langsung dalam aksi pengrusakan setelah terbukti di ranah hukum. Walaupun dalam konteksnya hal tersebut merupakan tindakan seharusnya menurut pandangan manajemen PT. Sampoerna, namun pemikiran pro-kontra tetap tidak bisa dihindarkan dari mata publik.
Sebelumnya, bentuk penanganan oleh public relations sudah terlihat dari pernyataan-pernyataan para manajemen perusahaan yang menyembunyikan permasalahan dari publik. Hal ini dibuktikan dengan ucapan Elvira Lianita yang bertindak sebagai Manager Communiacation PT HM Sampoerna pada Situs Berita APIndonesia.Com mengatakan, hingga kini masih belum tahu apa tuntutan para buruh. ''Kami sedang berusaha mencari tahu apa keinginan mereka. Saat ini antara pihak manajemen dan perwakilan karyawan membuka jalur komunikasi. Kemudian mencari solusi terbaik seperti apa,'' ungkapnya. Selain itu, juga terjadi pembantahan mengenai tuduhan-tuduhan para buruh terhadap PT. Sampoerna diiringi dengan pembelaan yang menyatakan kejadian sesungguhnya adalah perusahaan berupaya menjaga kualitas produksi yang menggunakan bahan baku kertas dan lem rokok yang lebih bagus. sejak satu bulan terakhir karyawan disosialisasikan menggunakan bahan baku tersebut dan berpengaruh terhadap produksi mereka. Manajemen juga membantah adanya pemenuhan target produksi dengan bahan baku yang tercecer di lantai.
Karena penganganan awal tidak berhasil dan pemberitaan tetap menyeruak ke publik, PT. Sampoerna pada akhirnya mengikuti keinginan para karyawan dalam hal kenaikan gaji. Pihak Public Relation disini mengambil tindakan seperti ini untuk mengurangi tanggapan miring dari publik mengenai ketidakmampuan perusahaan dalam memberikan kesejahteraan terhadap karyawannya. Selanjutnya, Public Relations kembali menjadi pihak yang dituntut untuk mampu mengembalikan citra perusahaan yang sebelumnya sudah rusak. Cara yang dilakukan adalah dengan melibatkan media untuk mempublikasikan berita baik mengenai kebijakan yang diambil perusahaan. Diantaranya, penyelesaian kasus dengan system kekeluargaan, dan meredupkan kasus tersebut hingga akhirnya hilang dari permukaan.
Mengenai tekanan-tekanan yang dialami oleh PT. Sampoerna dengan adanya peraturan pemerintah serta LSM, perusahaan ini dalam pelaksanaan strategi Public Relations memilih untuk membuka melakukan perubahan struktur organisasi dengan menempatkan Public Relations pada posisi yang tinggi langsung dibawah Managing Director atau pembuat keputusan/kebijakan dan terdiri dari dua bagian yaitu PR Event dan PR Media Relations.


Upaya yang dilakukan oleh Public Relations setelahnya adalah menerapkan pemanfaatan terhadap segala jenis media untuk melakukan branding atau pemasangan merek pada seluruh kendaraan Sampoerna yang bertujuan untuk meningkatkan brand awareness atau kesadaran merek dari seluruh karyawan dan masyarakat luas. Selain itu untuk menciptakan identitas perusahaan dan image perusahaan yang baik, Departemen Public Relations Indonesian Cigarette Business Unit juga melaksanakan program Signage/rambu perusahaan yang bertujuan untuk menyeragamkan rambu yang ada di perusahaan. Disamping itu untuk menjalin komunikasi antara perusahaan dan masyarakat luas atau konsumennya Sampoerna mendirikan House of Sampoerna yang didalamnya dijelaskan tentang sejarah Sampoerna dan proses pembuatan rokok Sigaret kretek tangan yang bertujuan untuk meningkatkan brand awareness dari seluruh masyarakat.










3.2     PT. Sinar Sostro

A.               Kondisi Awal Perusahaan

PT Sinar Sosro adalah perusahaan yang memproduksi teh manis pertama di Indonesia. Semuanya dimulai pada tahun 1940 oleh Mr Sosrodjojo. Beliau membuka perusahaan kecil teh kering di Slawi, Jawa Tengah dengan merek Teh Cap Botol. Setelah ia berhasil, pada 1953 ia memperluas bisnisnya di Jakarta untuk mengenalkan Teh Cap Botol. Strategi pemasaran pada awalnya dilakukan dengan cara mengadakan sampling produk di pasar pada tahun 1955, dilanjutkan dengan menjual dengan menggunakan ember besar di daerah pasar. Pada tahun 1969 muncul gagasan untuk menjual teh siap minum (ready to drink tea) dalam kemasan botol, dan pada tahun 1974 didirikan PT SINAR SOSRO yang merupakan pabrik teh siap minum dalam kemasan botol pertama di Indonesia dan di dunia.
Pengembangan bisnis minuman teh selanjutnya dilakukan oleh dua perusahaan :
1.      PT. Sinar Sosro, perusahan yang memproduksi Teh Siap Minum Dalam Kemasan. Produk-produknya adalah Tehbotol Sosro, Fruit Tea Sosro, Joy Tea Green Sosro, TEBS, Happy Jus, dan Air Minum Prim-A.
2.      PT. Gunung Slamat, perusahaan yang memproduksi Teh Kering Siap Saji. Produk-produknya adalah Teh Celup Sosro, Teh Cap Botol, Teh Poci, Teh Terompet, Teh Sadel, Teh Sepatu dan Teh Berko. PT. Gunung Slamat mendapatkan penghargaan sebagai Top Brand Award 2008 untuk kategori Teh Celup.

Seiring dengan perkembangan bisnis perusahaan, maka sejak Tanggal 27 November 2004, PT Sinar Sosro dan PT Gunung Slamat bernaung dibawah perusahaan induk (holding company) yakni PT Anggada Putra Rekso Mulia (Grup Rekso).
Secara singkat Berikut perjalanan PT Sinar Sosro hingga sekarang :
·         1940   : Sosrodjojo mulai merintis the wangi cap botol
·         1953   : PT. Gunung Slamat didirikan
·         1965   : Promosi cicip rasa
·         1969   : muncul gagasan menjual the dalam kemasan botol
·         1974   : mendirikan PT. Sinar Sosro
·         2000   : Pabrik ke 7 di Bali mulai beroperasi
·         2004   : Mendirikan PT. Puri Tirta Kencana
·         2011   : Sosro mulai melebarkan sayap ke bidang makanan


B.               Indikator Krisis

April 2009 lalu, Teh Botol Sostro diserang pemberitaan miring mengenai kandungan berbahaya yang ada di dalam komposisi teh botol yang di produksi. Dalam pemberitaan tersebut disebutkan bahan baku utama Teh Botol Sosro bukan teh alami, tapi hidroxilic acid sehingga rasanya lebih enak daripada yang lain. zat ini disebut berbahaya kalau dikonsumsi berlebihan. Pemberitaan bohong  di internet (Hoax) ini muncul dan menyebar secara luas, menyebabkan berbagai tanggapan dari pembaca. Setelah diselidiki, kekacauan itu ternyata bersumber dari sebuah email yang menyudutkan Sosro dengan memanfaatkan keampuhan teknologi internet. Hariadhi, seorang netter, memulai diskusi di milis Creative Circle Indonesia (CCI). Di milis ini ia membuat tulisan berjudul “Waspada! Teh Botol Sosro Beracun!”. Selanjutnya, pemberitaan makin marak dengan postingan baru dengan judul “Teh Botol Sosro Racunnya Teh!”.
Postingan ini, terus di replay oleh para pembaca dengan tujuan saling mengingatkan bahaya dari mengkonsumsi Teh Botol Sosro. Puncaknya, pada 5 Mei 2009, isu Teh Botol Sosro mengandung racun menyebar dan singgah ke forum fashionedaily.com yang anggotanya mayoritas ibu-ibu dan tentu saja menjadi santapan empuk karena isu tersebut jelas sangat menyentuh kepentingan melindungi keluarga atau anak.

Isu miring ini terus menyebar, baik melalui forum-forum yang lebih besar, seperti indonesiaindonesia.com, melalui email berantai, muncul di blog dan di-copy paste ke blog-blog lain. Praktis, keyword ‘Teh Botol Sosro’ mendadak populer di search engine. Sampai-sampai Google yang menjadi rujukan para onliner di seluruh dunia harus turun tangan dan merekamnya melalui salah satu fiturnya, GoogleTrends. Tercatat, kata ‘Teh Botol Sosro’ direkam di 57.500 search pages result pada 30 Juni 2009, yang artinya ada lonjakan hampir 50 kali dalam tempo dua bulan. Hampir sebulan berikutnya, pada 27 Juli 2009, hasil di atas meningkat dua kali menjadi 106.000 search pages result, atau bergerak naik 100 kali lipat hanya dalam tempo tiga bulan.
Pemberitaan ini kemudian dilebih-lebihkan oleh sejumlah oknum yang menyebutkan ada kasus kematian yang dialami oleh seorang anak setelah mengkonsumsi Teh Botol Sostro. Dari sisi internal, isu tersebut membuat karyawan, komisaris dan share holder resah karena mendapat banyak pertanyaan secara tiba-tiba. Parahnya, mereka tidak tahu bagaimana cara menepis isu miring tersebut. Secara eksternal, para mitra bisnis seperti agen, modern trade, pelanggan korporasi dan retailer terus mempertanyakan kebenaran isu dan bahkan ada yang menangguhkan order. Tidak berhenti sampai di situ. Pelanggan-pelanggan kelas kakap dan pemilik toko swalayan tiba-tiba membatalkan pesanan rutin. Mereka menunggu sampai ada penjelasan resmi dari perusahaan. Tentu, manajemen Sosro kaget bukan kepalang dan menyadari bahwa mereka sedang menghadapi krisis dalam perusahaan. Hal ini menyebabkan kerugian yang besar pada perusahaan pada saat itu.

C.               Strategi Keluar Dari Krisis
Pada masa terjadinya krisis, PT Sinar Sosro tidak memiliki divisi atau bagian yang berkewajiban dalam menangani kasus pencemaran citra perusahaan atau Public Relations. Hingga, peranan divisi marketing dan teknologi lebih diutamakan. Namun, pada saat terjadinya kasus tersebut PT. Sinar Sosro segera membentuk tim khusus sebagai public relations dalam mengatasi berita miring yang merusak citra perusahaan. Tugas utama yang dilakukan tim khusus ini adalah meredam gejolak di internet.
Dengan menggunakan strategi klasifikasi tim internal berperan aktif mengutamakan kecepatan untuk merespons, memberi feedback dan menyajikan kebenaran serta ke lengkapan informasi. Prioritas utamanya adalah, melokalisir, menetralisir dan memberikan klarifikasi secara obyektif agar citra Teh Botol Sosro tidak menjadi buruk dan manajemen tidak kehilangan kredibilitasnya. Fakta-fakta di lapangan yang disampaikan, seperti “Sosro sudah lebih dari 35 tahun beroperasi di Indonesia, memproduksi ratusan juta botol tiap tahun, sekaligus telah menjadi ikon produk kebanggaan nasional dengan prestasi sebagai pelopor produsen teh siap minum dalam kemasan pertama di dunia.” Hal ini bertujuan meyakinkan konsumen tentang ketidakbenaran berita yang tengah menyebar. Dengan cepat Sosro merilis sikapnya di situs resminya dengan memberikan datadata serta fakta bahwa yang dimaksud dihidrogen monoksida (H2O) tidak lain dan tidak bukan adalah air.
Prioritas kedua yang dilakukan Sosro adalah memproses pembuat isu dengan melaporkannya ke divisi cyber crime di Polda. Setelah membereskan urusan internal dengan membekali bagaimana menangani krisis kepada stake holder dan membuat tenang sekaligus berperan memberikan penjelasan, membentuk contact center khusus dengan panduan tanya jawab (Question & Answer) yang sudah disusun, tim krisis Sosro bergerak keluar. Pelaku isu yang sudah mengakui kesalahannyan dilibatkan dengan membuat pengakuan dan permintaan maaf di blognya sendiri dan link-nya disambungkan ke situs resmi Sosro untuk menjadi penguat atas pernyataan resmi manajemen.
Upaya lain yang dilakukan, memanfaatkan channel lain melalui penerimaan kunjungan-kunjungan masyarakat yang ingin melihat proses produksi di pabrik, menjawab telpon yang masuk dengan panduan yang sudah disiapkan, serta melalui forum dan event seperti pameran, booth atau mendatangi door to door beberapa pelanggan utama. Selain itu, juga dilakukan penyebaran informasi melalui online pribadi dari semua tim Sosro baik melalui blog, facebook, twitter dan media sosial lainnya. Serta memasang advertorial khusus di salah satu portal news referensi.

3.3     Perbandingan Kasus dan Penyelesaiannya
A.   Faktor Penyebab Krisis
Ada berbagai faktor yang menyebabkan krisis, diantaranya krisis karena bencana alam, krisis karena kecelakaan industri, krisis karena produk yang kurang sempurna, krisis karena persepsi publik, krisis karena hubungan kerja yang buruk, krisis karena kesalahan strategi bisnis, krisis karena terkait masalah kriminal, krisis karena pergantian manajemen, krisis karena persaingan bisnis, krisis keuangan, dan krisis strategi (Nova: 2009)
1.     Pada PT. Sampoerna
Dari pembahasan kasus yang telah dijabarkan sebelumnya, penyebab krisis yang terjadi pada PT Sampoerna diawali oleh pergantian manajemen (kriris karena pergantian manajemen) dan pada tahu terjadinya demo dikarenakan oleh hubungan kerja yang buruk. Dapat diketahui dari persoalan yang terjadi, dimana antara pekerja dan  perusahaan mengelami level hubungan yang saling merusak. Terjadinya demo tersebut disebabkan ketidakpuasan pekerja terhadap hasil yang diperolehnya dari kewajiban yang telah dijalaninya sebagai pekerja. Kondisi ini menyebabkan tidak terkendalinya operasional perusahaan sehingga sampai pada titik pengrusakan alat produksi, dan mogok kerja.

2.     Pada PT. Sinar Sosro
Dalam kasus berita bohong menyebar diinternet (hoax) yang dialami oleh PT. Sinar Sosro yang menyebabkan rusaknya citra perusahaan adalah faktor krisis public relations. Krisis public relations memiliki indikasi krisis berupa krisis komunikasi yang menyebabkan isu miring tentang perusahaan beredar di kalangan masyarakat. Hal ini jelas berimbas buruk terhadap perusahaan. Pada kasus industri produk yang diproduksi bisa langsung mendapat penolakan dari konsumen dan agen.
B.   Penyelesaian Krisis
Penanganan krisis dapat menggunakan strategi 3P, yakni pencegahan, persiapan, dan penanggulangan (Ruslan, 1994: 104-106)
1.     Pada PT. Sampoerna
Pada PT. Sampoerna, strategi yang digunakan dimulai dari persiapan dengan melibatkan Public Relations untuk mengetahui pokok permasalahan yang terjadi. Setelah itu, peran Public Relations sebagai penyelidik perkembangan informasi sehingga dapat diambil tindakan yang efektif dalam menjawab segala bentuk pertanyaan dan pengambilan sikap yang tepat. Selanjutnya, PT. Sampoerna memasuki tahap penanggulangan (masa kuratif) dimana tahapan ini merupakan tahapan pengambilan tindakan disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi. Setiap tindakan mempertimbangkan baik atau buruknya yang akan diterima perusahaan setelah keputusan diambil.

Untuk tahap penanggulangan krisis, PT. Sampoerna melewati setiap tahap sesuai dengan pendapat Ardianto (2004) tahap tersebut mulai dari saat menghadapi krisis akut yakni: mengidentifikasi krisis, mengisolasi krisis (menghambat krisis agar tidak merambat ke sector lain), dan mengendalikan krisis. Sedangkan pada tahap kesembuhan PT. Sampoerna melakukan evaluasi terhadap manajemen perusahaan. Tahapan ini juga digunakan oleh PT. Sampoerna dalam menyikapi kebijakan pemerintah yang memberi dampak dan tekanan terhadap perusahaan.
Sedangkan mengenai strategi generik (langkah-langkah komunikasi penanggulangan krisis) PT. Sampoerna menggunakan adaptive strategy, dengan langkah-langkahnya sebagai berikut, (Kasali, 1994) :
1.      Mangubah kebijakan
2.      Modifikasi operasional
3.      Kompromi
4.      Meluruskan citra
Langkah-langkah tersebut dikemas dalam bauran public relations dengan menggunakan publications, event, news, communy involvement, inform or image, serta lobbying and negotiation.
2.     Pada PT. Sinar Sostro
Berbeda dengan PT. Sampoerna, yang memiliki divisi khusus Public Relations, pada PT. Sinar Sostro tim khusus yang menjalankan tugas public relations dibentuk setelah terjadi krisis. Hal ini membuktikan fungsi pubic relations sangat signifikan terhadap permasalahan yang terjadi dalam perusahaan.
Pada kasus yang dialami oleh PT. Sinar Sostro, tahapan strategi dalam penanggulangan krisis sama halnya dengan PT. Sampoerna. Sedangkan penanggulangan dilakukan dengan cara mengkalifikasi pemberitaan melalui produk public relations yang sama dengan asal mula isu (melalui internet) dengan melibatkan pembuat isu agar meminta maaf, serta menetralisir keadaan melalui alternatif pendekatan kepada konsumen untuk mengembalikan kepercayaan dan citra.
Dengan cara mengklarifikasi melalu media yang sama, serta sumber penyebar isu yang di cantumkan permintaan maafnya dan di link-an dengan situs resmi Teh Botol Sostro, strategi ini berhasil mengembalikan kepercayaan masyarakat. Public Relations yang dilakukan oleh PT. Sinar Sostro dalam menghadapi krisis dapat dikatakan sukses, karena mencapai tujuan memperbaiki citranya.

BAB 4
KESIMPULAN

Krisis citra yang dialami baik oleh PT. HM Sampoerna maupun PT. Sinar Sostro merupakan contoh bahwa krisis dialami oleh setiap orang ataupun organisasi/perusahaan. Krisis citra sendiri, dapat terjadi karena faktor internal maupun ekstrernal. Tiap kasus krisis memiliki faktor dan tingkatan masing-masing serta jalan penyelesaian tersendiri. Pada hakikatnya, setiap perusahaan membutuhkan strategi public relations dalam menangani krisis tersebut.
Strategi public relations yang dilakukan tergantung terhadap tingkat krisis yang dialami sebuah perusahaan. Mulai dari tindakan untuk meminimalisir hingga tindakan dalam penanggulangan dan pemulihan. Produk yang digunakan juga mempengaruhi efektif atau tidaknya pelaksanaan public relations dalam penyelesaian kasus. Usaha public relations dikatakan sukses apabila strategi dan produk public relations berhasil mengembalikan citra dan eksistensi perusahaan.
Dengan demikian, baik perusahaan yang memiliki divisi khusus public relation (contoh pada kasus PT. HM Sampoerna), ataupun yang membentuk tim khusus setelah terjadinya krisis (contoh pada kasus PT. Sinsr Sostro) sama-sama membutuhkan peran public relations. Bahkan, setiap anggota perusahaan ikut berperan sebagai public relations dalam penanganan krisis.
                                                                                                         


DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro. 2004. Public Relations. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Ruslan, Rosady. 2006. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Cultip, Scott. 2006. Effective PR. Jakarta : PT. Gramedia
Ruslan, Rosady. 2001. Etika Kehumasan, Konsepsi, dan Aplikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Ruslan, Rosady. 2006. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Cutlip, Scott M.; Center, Allen H.; Broom Glen M. (2009). Effective Public Relations. Jakarta.
Kencana.
Nova, Firsan. 2009. Crisis Public Relations – Bagaimana PR Menangani Krisis Perusahaan. Jakarta : Grasindo 
Kasali, Rhenald. 1994. Manajemen Public Relations, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
http://www.sosro.com/profil-perusahaan.php diunduh tanggal 24 januari 2014. Pada jam 21.30
http://thingood.blogspot.com/2013/04/contoh-kasus_20.html  diunduh tanggal 24 januari 2014. Pada jam 21.40


http://pthmsampoerna.blogspot.com/p/tentang-kami.html diunduh tanggal 25 januari 2014. Pada jam 19.00







LAMPIRAN

Berita Terkait








Tidak ada komentar:

Posting Komentar